Jumat, 08 Januari 2010

PONSEL UNTUK PETANI

Masyarakat pedesaan--utamanya petani, rupanya mendapat perhatian khusus Nokia. Tak sekadar mengembangkan ponsel yang mudah dioperasikan (user friendly), Nokia juga mengembangkan layanan integratif untuk mendukung aktivitas keseharian para petani.

Nokia mengembangkan Nokia Life Tools (NLT), integrasi antara aplikasi, fitur dan layanan untuk mendukung kehidupan keseharian masyarakat pedesaan. NLT menawarkan tiga menu utama yakni pertanian, pendidikan dan hiburan. Menu pertanian menawarkan layanan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian, mulai dari masalah bibit, pemeliharaan tanaman, manajemen panen dan pascapanen, cuaca hingga harga komiditi pertanian.

Pendidikan menawarkan pelatihan bahasa Inggris, pengetahuan serta menjawab soal-soal yang berhubungan dengan mata pelajaran di sekolah. Untuk hiburan antara lain menawarkan konten musik dan ramalan bintang. Konten untuk menu pendidikan berorientasi pada kurikulum yang dikembangkan pemerintah setempat. Untuk India, konten merujuk pada kurikulum untuk kelas 10 dan 12.

Dari ketiga menu utama tadi, pertanian memang lebih menonjol. Baik dari sisi ketersediaan konten maupun penggunanya. Layanan yang telah diujicoba di negara bagian Maharastra, India ini mendapat sambutan positif para petani serta para pelaku bisnis di sektor pertanian. Juni lalu, program NLT diperluas ke seluruh India.

NLT dilukiskan VP Global Head of Emerging Market, Nokia, Jawahar Kanjilal sebagai jawaban atas pertanyaan: apa yang bisa dilakukan sebuah ponsel. Dalam konteks yang lebih luas lagi, pertanyaan itu dikembangkan menjadi apa yang bisa dilakukan ponsel untuk melakukan pemberdayaan petani yang notabene menjadi pilihan profesi sebagian besar masyarakat dunia yang tinggal di pedesaan.

Dari sisi teknis, sebenarnya tak ada kesulitan mengembangkan ponsel yang mudah dioperasikan (user friendly) dengan harga terjangkau. Persoalan muncul tatkala pada ponsel itu dikembangkan satu aplikasi. Agar aplikasi yang dikembangkan bisa beroperasi dengan baik, tentu saja harus dipertimbangkan siapa yang akan menggunakan ponsel itu.

Dalam konteks petani, kata Kanjilal, syarat pertama yang harus dipenuhi adalah mudah digunakan, tidak mensyaratkan setting yang rumit serta memiliki user interface yang simpel. Dari sisi konten, layanan dimaksud harus lebih menekankan pada informasi sesuai kebutuhan keseharian dan tak kalah penting adalah bahasa yang mudah dipahami masyarakat.

Memperhatikan karakteristik sasaran, Kanjilal mengungkapkan pilihan kemudian jatuh pada layanan berbasis SMS--berupa menu browser--, dengan user interface berupa grafis sederhana. Dengan pendekatan ini, seorang petani cukup melakukan tiga atau empat kali klik, untuk bisa menikmati layanan yang tersedia. Pertama, masuk ke menu utama dan memilih menu NLT, selanjutnya memilih menu yang diinginkan seperti pertanian.

Pada menu pertanian terdapat sejumlah sub menu. Bila kemudian petani memilih informasi harga komiditi, akan muncul tampilan grafis tiga baris yang akan menampilkan nama komoditi, harga tertinggi dan harga terendah. Untuk memudahkan petani memilih komoditi--ada puluhan bahkan ratusan entry komoditi--, petani ditawarkan tiga pilihan. Dengan demikian pada saat mereka masuk ke menu komoditi, pengguna tinggal memilih satu diantara tiga komoditi dimaksud.

Informasi mengenai harga komoditi akan tersedia pada sore hari, sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Informasi harga merupakan hasil prediksi harga yang diolah penyedia konten antara lain berdasarkan up date harga pada hari itu di seluruh pasar di India, serta permintaan dan ketersediaan komoditi dimaksud. Informasi harga ini, belakangan menjadi rujukan para petani, grosir hingga pedagang eceran komoditi hasil pertanian.

Sebuah proses pemberdayaan petani tengah berlangsung. Informasi harga memberi panduan para petani untuk menjual hasilnya lebih baik lagi. ''Kami mencoba melakukan pemberdayaan petani dengan layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka,'' kata Jawahar Kanjilal. Informasi harga hanyalah satu konten, adalah sejumlah konten lain yang berhubungan dengan petani, misalnya informasi mengenai bibit, tanaman, pilihan tanaman disesuaikan dengan cuaca, informasi cuaca atau tips bertani yang baik. Penyajian informasi, disesuaikan dengan siklus musim tanam.

Untuk menikmati layanan ini, ternyata tidak membutuhkan ponsel kategori menengah atas. Ia bisa diakses dengan ponsel untuk pemula (entry level) atau ponsel papan bawah (low end). Ponsel yang telah memiliki aplikasi NLT, antara lain Nokia 2323 dan 1330. Nokia berencana mengembangkan varian lain untuk program ini.

Langkah Nokia, mengingatkan kita pada strategi yang dikembangkan Research in Motion (RIM) dengan Blackberry. Selain mengembangkan device dengan brand Blackberry, RIM juga mengembangkan layanan berbasis push mail untuk personal (Blackberry Internet Services) dan korporat (Blackberry Enterprise Service). RIM juga mengembangkan berbagai layanan pendukung seperti messenger dan pengembangan mal virtual Blackberry Apps.

Dalam batas-batas tertentu, konsep yang dikembangkan Nokia sama dengan RIM, yakni menghadirkan ponsel pintar. Yang membedakan hanyalah segmen yang dibidik. NLT membidik mass market, utamanya masyarakat yang tinggal di pedesaan dan berprofesi sebagai petani, serta kalangan pelajar sekolah menengah. Sementara Blackberry membidik kalangan kantoran atau life styler di kalangan perkotaan.

Seperti layanan push mail pada Blackberry, pengguna NLT harus membayar biaya langganan. Sejauh ini, biaya berlangganan relatif murah yakni Rs 30 hingga Rs 60 per bulan atau berkisar antara Rp 6.000 hingga Rp 12.000 per bulan. Tarif bergantung pada layanan yang dipilih.

Tren seperti ini, tampaknya, bakal berkembang. Pada kompetisi semakin sempit, fitur atau aplikasi menjadi selling point yang penting bagi sebuah ponsel. Booming ponsel dengan short cut atau aplikasi facebook, memperkuat asumsi ini.

NLT bukan sekadar membenamkan aplikasi atau short cut. Lebih dari itu, NLT juga menyediakan layanan. Akurasi dan kustomisasi menjadi salah satu kata kunci. Tidak mengherankan apabila setiap hari tak kurang dari 10 ribu entry baru dipasok untuk layanan NLT.

Untuk pengadaan konten, Nokia menggandeng sejumlah penyedia konten yang memiliki reputasi global, operator seluler dan pemerintah setempat. ''Tahap awal kami bekerjasama dengan Idea Celluler. Kami akan memperluas kerja sama dengan Airtel, Vodafone dan Relliance,'' kata Kanjilal. Sukses di India, Nokia berencana mengimplementasikan layanan serupa di sejumlah negara berkembang lain, termasuk Indonesia.

Kustomisasi tengah menjadi tren industri ponsel. Vendor ponsel tak hanya berpilir mengenai ponsel seperti apa yang dibutuhkan pelanggan, namun juga apa yang bisa dilakukan ponsel untuk membantu pelanggan. RIM dan Nokia mulai merintis strategi ini. Siapa akan menyusul. taufik rachman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar