Senin, 22 Februari 2010

Atasi Kesulitan Listrik, Telkomsel Kembangkan Mini Hydro

JAKARTA--Telkomsel berencana mengembangkan pusat listrik tenaga air (PLTA) mini atau hydro mini di beberapa wilayah di Indonesia. Ujicoba program ini akan dikembangkan di Lampung dan Papua dengan memanfaatkan aliran sungai.
Listrik yang dihasilkan PLTA mini akan dimanfaatkan untuk pengoperasian base transeiver station (BTS) Telkomsel. ''Kelebihannya kami serahkan kepada masyarakat untuk dikelola secara bersama-sama,'' kata GM Radio Operation and PowerSystem Telkomsel, Iwan Chairul, di Jakarta, Kamis (18/2).
Mini Hydro merupakan salah satu teknologi yang akan dikembangkan Telkomsel untuk memenuhi kebutuhan listrik. Program ini sekaligus sebagai dukungan terhadap kampanya industri ramah lingkungan. Menurut Iwan, Telkomsel telah lama mengembangkan konsep Go Green yang diimplementasikan dalam pengembangan BTS dengan sumberdaya listrik yang berasal dari energi terbarukan.
Operator dengan 82 juta pelanggan ini, paling tidak telah mengembangkan 132 site BTS dengan sumber daya alternatif, seperti energi surya dan energi angin, di berbagai wilayah di Indonesia.  Tahun ini, kata Iwan, akan ditambah lagi sekitar 39 site BTS dengan sumber daya alternatif. Untuk mendukung program ini dialokasikan dana antara Rp 60 miliar-Rp 100 miliar.
Energi terbarukan yang dikembangkan berhasil menghemat penggunaan listrik 0,115 MW atau setara dengan 100 genset berkapasitas 20 KVA. Bila satu BTS membutuhkan sekitar 3-4 solar per jam, penggunaan energi terbarukan tentu saja juga menghemat penggunaan bahan bakar minyak.
Iwan mengakui investasi untuk program ini lebih besar dibandingkan dengan investasi untuk pembangunan BTS reguler. Ia melukiskan untuk pembangunan satu site BTS dengan tenaga surya diperlukan dana sekitar Rp 1,2 miliar. Angka ini hampir dua kali lipat investasi BTS reguler. Bahkan investasi lebih besar diperlukan untuk pengembangan mini Hydro. ''Demi Indonesia, Telkomsel akan melakukan segala upaya,'' ujar Iwan.
BTS dengan energi terbarukan yang dikembangkan Telkomsel umumnya berada di daerah terpencil, terisolir, daerah perbatasan atau wilayah kepulauan. Di daerah ini listrik tidak tersedia. Bilamana menggunakan genset, selain harga solarnya sangat mahal juga tidak mudah diperoleh. ''Pada beberapa titik kami kembangkan energi matahari,'' kata Iwan.
Untuk BTS dengan energi matahari, satu site membutuhkan paling tidak 80-an panel tenaga matahari. ''Listrik yang dihasilkan bisa mencapai 13 ribu watt,'' cerita Iwan. Produk yang dihasilkan memang melebihi kebutuhan. ''Untuk kesinambungan layanan, kami siapkan sistem yang mampu memproduksi listrik untuk tiga hari ke depan,'' kata Iwan.
Pendekatan ini dinilai efektif, mengingat di beberapa titik matahari tidak optimal. Hal ini tentu saja bisa mempengaruhi produksi listrik di satu site.Bilamana listrik yang dihasilkan tidak seimbang dengan kebutuhan, akan timbul masalah. Diputuskan listrik yang dihasilkan harus lebih banyak. ''Ini sekaligus mengantisipasi terjadinya gangguan,'' kata Iwan.
Menurut Iwan, tidak semua daerah di Indonesia cocok dikembangkan listrik energi surya. ''Kawasan Nusa Tengga Barat, Maluku, sebagian Sulawesi dan Papua serta kawasan kepulauan ideal untuk energi matahari,'' kata Iwan. Selain energi surya, Telkomsel juga mengembangkan energi angin.
Namun seperti energi surya, tidak semua daerah di Indonesia cocok untuk pengembangan energi angin. ''Energi angin bagus untuk daerah empat musim. Di Indonesia hanya memiliki dua musim,'' kata Manager Power System, Yogie R Bahar. Berdasarkan pengkajian, energi angin cocok dikembangkan di pantai Selatan Nusa Tenggara Barat, Pantai selatan sebagian Jawa dan Sumatera, sebagian kawasan di laut Arafura. ''Untuk teknologi angin yang diperlukan adalah kontinuitasnya. Di beberapa titik, kontinuitas angin tidak begitu bagus, sehingga sulit diimplementasikan,'' kata Yogie.
Telkomsel, kata Yogie, juga mengembangkan berbagai teknologi ramah lingkungn yang lain. Misalnya teknologi fuel cell dengan memanfaatkan bhan bakar hidrogen yang tengah diujicoba di Medan, Sumatera Utara. ''Kami juga tengah melakukan pengkajian terhadap pemanfaatan gelombang laut sebagai sumber energi,'' kata Yogie.
Sumber laut menjadi salah satu sumber energi alternatif berkekuatan besar. Menurut Yogie, dari ujicoba yang dilakukan di Spanyol, gelombang laut mampu menghasilkan listrik hingga 8 mega watt. ''Yang kami butuhkan adalah sumber energi sekiar 2-3 Kwh,'' ujar Yogie. Ia mengaku tengah melakukan pengkajian mengenai sumber energi gelombang laut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar